Sabtu, 01 Oktober 2011

Salah Satu Kunci Kemenangan



Bibit jagung yang ditanam saat ini tidak mungkin langsung tumbuh saat ini juga. Biji itu harus mengalami yang namanya proses kematian, pembusukan, dan barulah tumbuh tunas muda yang baru. Lalu sedikit demi sedikit tunas jagung yang masih muda itu akan tumbuh menjadi besar, berbuah, dan siap dipanen.
Hukum yang sama juga berlaku dalam perjalanan hidup manusia. Mengawali kehidupan dalam rahim seorang ibu selama sembilan bulan sepuluh hari dan dilahirkan sebagai seorang bayi yang belum bisa membedakan mana tangan kiri dan tangan kanan - sampai masuk pada umur balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Hal yang demikian tentulah membutuhkan proses. Mengerti akan hukum ini (proses) menjadikan perjalan hidup kita terasa lebih mudah.
 
Kunci menjalani hidup yang bahagia adalah memahami hukum proses yang bekerja dalam setiap perjalanan hidup manusia. Keluhan hanya akan mematahkan sikap antusias dalam menjalani dan memaknai kehidupan kita. Berhentilah mengeluh dan mulailah memahami akan arti hukum proses yang berlaku dalam kehidupan kita.
 
***

Pada waktu seorang petani menabur benih, ia akan menantikannya dengan sabar hasil dari pada pekerjaannya. Dia akan merawatnya, memupuk, menyiram, dan membersihkan benih yang tumbuh menjadi tumbuhan yang sehat. Lalu dengan sabar pula dia akan menantikan masa tuaiannya.

Hal yang sama pun berlaku dalam setiap aspek hidup kita. Hukum proses bekerja secara permanen. Sebab tidak ada hukumn instan yang berlaku dalam kehidupan kita. Hidup itu tidak seperti mi instan, kita cukup memasukkannya ke dalam air mendidih dan 3 menit kemudian sudah siap disajikan.

"Mengapa harus menunggu tiga bulan ya, baru jagung itu bisa dipanen?" tanya seseorang kepada petani.

"Coba Anda perhatikan wanita yang sedang hamil, di seberang sana," jawab si petani. "Umur kehamilannya baru mencapai lima bulan. Cobalah Anda tanyakan kepadanya, kenapa harus menunggu genap bulannya baru ia melahirkan?" jawab petani.

Mungkin Anda tertawa membaca ilustrasi cerita di atas. Sejujurnya saya pun tertawa saat menuliskannya. Namun cobalah Anda pikirkan bagaimana jadinya kalau wanita dalam cerita di atas melahirkan pada umur kandungannya yang masih lima bulan? Sungguh terlalu berisiko, 'kan?

Begitu pula dengan kehidupan kita. Siapa sih orang yang tidak pernah bermimpi mempunyai uang yang banyak, usaha yang berkembang, rumah yang besar, dan mobil mewah. Saya rasa hampir semua orang pernah memimpikannya. Tidak ada salah dengan mimpi seperti itu. Tapi ironisnya ada banyak orang yang berhenti sampai di situ saja. Bermimpi dan bermimpi, akhirnya mimpinya hanya menjadi sebuah khayalan yang tidak terealisasikan. Mengapa? Karena banyak dari mereka mengalami sindrom putus asa.

Kesuksesan adalah sebuah proses. Seorang anak yang duduk di kelas satu SD tidak mungkin bisa naik kelas dua kalau anak itu tidak mau menjalani proses belajar selama setahun dan mengikuti ujian sekolah. Kita pun tidak akan sampai ke pulau impian kita kalau kita tidak tahan dan memutuskan berhenti menjalani proses dalam perjalanan mencapai tujuan hidup kita. Pencapaian membutuhkan proses.
 
SUCCESS, here I come!

Setiap waktu kita menjalani proses tersebut. Proses itu bisa dalam bentuk masalah, penolakan, dan kegagalan. Saat kita berusaha untuk maju ada saja orang atau situasi yang mencoba menghalangi jalan kita. "Orang lain dan situasi yang tidak mengenalkan di sekeliling kita dapat menghentikan langkah kita untuk sementara waktu, namun kitalah satu-satunya orang yang dapat menghentikan langkah kita secara permanen," kata seorang trainer dalam bukunya yang berjudul HOPE. Saya pun sependapat dengan pernyataan ini. Kitalah satu-satunya orang yang bisa menggerakan langkah kita dan sekaligus menghentikannya.

Hargailah sebuah proses dalam perjalanan hidup kita. Maka kita pun akan menemukan jawaban-jawaban dari setiap pertanyaan dalam diri kita dan tentunya jangan lupa untuk tetap bersyukur dengan semua yang kita alami.

Ingat sobat, kesuksesan adalah masalah waktu!

Penulis : Natan Angkouw

Bring Cheer to Others


Di saat kita sedang mengalami kejenuhan, bosan, suntuk atau bahkan mengalami masalah yang berat, sering kali kita membangun tembok-tembok yang tinggi bertuliskan "DO NOT DISTURB" (Jangan Mengganggu). Tentu saja, teman-teman dan keluarga kita bisa melihat tembok itu dengan jelas, karena tulisan tersebut melekat pada wajah kita. Dan kita juga menjadi pribadi yang tidak mau peduli dengan sekitar kita. "EGP! Tidak peduli! Saya juga sedang ada masalah!" Begitulah pembelaan yang sering kita lontarkan.  
"Saya butuh dihibur!" atau "Saya jenuh, tetapi tidak ada yan peduli pada saya!" Pertanyaannya, bagaimana orang bisa mendekati kita di saat kita tetap memperlihatkan duri di punggung kita seperti landak yang siap menyerang? Dengan tembok-tembok yang bertuliskan "Do Not Disturb!"? Melihat wajah kita yang sedang stres, marah, tidak ada senyum, tentu mereka sudah ketakutan atau menjaga jarak.

Seringkali kita menuntut orang-orang untuk mengerti kondisi kita, perhatian dengan kita karena kita terlalu mengasihani diri sendiri ("Saya kan sedang ada masalah, hidup saya susah," dan sebagainya). Loh, memang yang punya masalah hanya kita sendiri? Semua orang pasti punya masalah.

Dan egoisnya manusia, di saat dia sedang mengalami masalah, di saat dia sedih, dia akan mengatakan, "Bagaimana saya bisa menghibur orang lain, sedangkan diri sayalah yang butuh dihibur?" atau "Bagaimana saya bisa berbagi, sedangkan saya sudah tidak punya apa-apa lagi?"
 

Beberapa hari yang lalu, saya merasa jenuh dan lelah sekali dengan rutinitas saya. Lalu, saya berpikir untuk me-nonaktifkan BBM saya. Tetapi, saya tidak melakukannya. Saat malam tiba, saya baru saja ingin beristirahat. Tiba-tiba, satu per satu teman saya mengirimkan BBM dan meminta waktu saya untuk mendengarkan curhatan mereka, ada yang merasa kesepian, ada yang merasa jenuh. Saya pun dengan sabar membaca BBM mereka, lalu, menarik nafas dalam-dalam, dan tersenyum, dan membalas BBM mereka dengan memberikan semangat kepada mereka.

Setelah itu, mereka mengucapkan terima kasih atas waktu dan semangat yang saya berikan kepada mereka. Mereka memberikan icon 'tersenyum'. Saya tidak membantu mereka menyelesaikan masalah, tetapi saya mencoba untuk menghibur mereka, bahwa segalanya akan baik-baik saja. Lalu apa yang terjadi? Saya yang tadinya juga merasa jenuh dan tidak semangat, seolah dikembalikan semangatnya dua kali lipat. Mereka mengucapkan terimakasih berkali-kali. Saya tidak merasa berbuat apa-apa, tidak membantu apa-apa. Saya hanya memberikan waktu untuk mendengarkan mereka. Terkadang, tanpa kita sadari, sekecil apapun yang kita lakukan untuk orang lain, itu sangat berarti bagi mereka.

Mungkin teman-teman juga pernah mengalami hal yang sama dengan pengalaman saya ini. Semoga kita selalu belajar untuk berbagi dalam kondisi apapun, karena apa yang kita bagikan akan dikembalikan kepada kita, bahkan dilipatgandakan.

Penulis : Rosita  

Raihlah Kemenangan Sejati


Dalam kehidupan manusia sangatlah diperlukan rasa "menaklukkan", suatu rasa superior dan rasa menang. Mengapa demikian? Karena hal ini berkaitan dengan identitasnya. Manusia selalu ditentukan untuk bisa menaklukan dan berkuasa, untuk itulah kita begitu memerlukan kemenangan di dalam hidup kita. Kemenangan kita dimulai dari bagaimana kita menghargai pencapaian-pencapaian kita setiap hari. Tanpa rasa menang ini, kita akan merasa seperti ada sesuatu yang hilang di dalam hidup kita. Itu sebabnya manusia mencoba segala cara untuk merasakan kemenangannya, bahkan walaupun dengan sesuatu yang semu.
Seperti contohnya, saya melihat banyak sekali anak muda yang menyukai permainan-permainan seperti PlayStation, games online atau games yang ada di telepon genggam. Mengapa mereka begitu menyukai permainan itu dan bahkan ada yang sampai kecanduan? Karena mereka telah dapat merasakan kemenangan dan saat kalah, mereka akan selalu mencoba untuk memenangkan permainan itu sampai akhirnya benar-benar memperoleh kemenangan dari permainan tersebut. Walaupun hal itu tidak nyata, namun sensasi yang mereka rasakan sangat nyata. Sensasi kemenangan itulah yang membuat mereka kecanduan dan senang main games.
 

Pada kenyataannya, kehidupan ini setiap hari memberikan kesempatan untuk menaklukan dan menang bagi kita. Namun penghargaan dan perayaan kemenangan harus dimulai oleh diri sendiri. Setiap kali kita bangun pagi, kita memulai hari kita dengan berangkat sampai ke tempat kerja, itu adalah sebuah kemenangan. Ketika kita bisa mencapai target pada hari tersebut, seperti berhasil memprestasikan hasil karya kita, maka klien akan merasa puas dengan pelayanan kita dan itu adalah kemenangan kita juga! Berikanlah ucapan selamat pada diri sendiri dan buatlah perayaan dan penghargaan untuk kita sendiri. Lakukan dengan cara sederhana namun menyenangkan.

Piala sorak sorai penonton sedang menanti kita di depan sana; itu tinggal masalah waktu saja. Namun kita harus menjalani setiap detik kehidupan kita sebagai seorang pemenang. Karena itu adalah jati diri kita yang sesungguhnya! Maka, teman-teman dan pembaca sekalian, Anda berhak merasakan kemenangan dan meraih kemenangan itu dengan rasa percaya diri yang penuhm sikap berani menghadapi kehidupan serta tidak gentar menghadapi tantangan.

Semoga tulisan ini dapat menginspirasi Anda semua untuk bisa menjadi seorang Pemenang di dalam kehidupan Anda.

Salam Sukses!! Anda adalah seorang Pemenang Sejati!

Penulis : Nokinda Wita 

Life is Wonderful

Buat apa susah..., Buat apa susah..., Lebih baik kita bergembira, Buat apa susah..., Buat apa susah..., Lebih baik kita bergembira
Kekasihku apa yang kau risaukan, Kerjamu hanya melamun saja, Tak berguna kau bersedih hatiTertawalah...sayang...
Kekasihku apa yang kau pikirkan, Hidup ini hanya sementara. Tak berguna kau bersedih hati,
Percayalah...sayang...
 
Saya yakin, teman-teman pasti sudah tidak asing lagi dengan lagu yang dipopulerkan oleh Koes Plus yang berjudul Buat Apa Susah. Dan saya juga yakin, bahwa teman-teman sering mendengar kata-kata seperti ini : “Hidup sudah susah, buat apa dibikin tambah susah?” Hidup bukan mudah, tetapi hidup itu indah.
  
Hidup itu susah. Karena kita sendiri yang membuatnya susah. Dan semuanya berawal dari pikiran negatif. Berlanjut ke tindakan yang negatif, dan berakibat timbal balik yang negatif pula. Beberapa orang membiarkan dirinya larut dan hanyut dalam pikiran negatifnya, entah karena ucapan atau tindakan dari orang sekitarnya sehingga merasuki dirinya dan menciptakan self image yang buruk. Akibatnya, mereka tidak mampu mengalihkan pikiran dan perhatian mereka pada hal-hal yang negatif. Mereka lupa untuk fokus pada hal-hal yang positif.
   
Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa-masa sulit atau susah, tetapi hanya sedikit orang yang mampu bangkit kembali karena tidak terus menerus mengasihani diri sendiri (self pity), itu karena mereka memilih untuk bangkit. Dan mereka yang mampu bangkit kembali pasti berani mengatakan bahwa hidup mereka indah. Karena mereka menikmati setiap langkah dalam hidupnya. Orang yang tidak menikmati hidupnya adalah orang yang akan selalu merasa hidupnya susah.
 
 


Hidup ini Indah. Apabila kita memilih untuk bahagia dan menikmatinya. Peter Parker dari film Spiderman 3 mengatakan, “Whatever comes our way, whatever battle we have ragging inside us, we always have a choice. It’s the choices that makes us who we are, and we can always choose to do what’s right”. Apapun yang terjadi, apapun yang kita hadapi, kita selalu mempunyai pilihan. Pilihan yang menciptakan diri kita. Dan kita selalu bisa memilih untuk melakukan apa yang baik/benar. Hidup ini indah, dan akan indah, semua tergantung pada pilihanmu. Memilih untuk tersenyum atau cemberut? Tertawa atau menangis? Bersyukur atau mengeluh? Bahagia atau bersedih?

Seperti lagu yang di bawakan oleh Albert AFI Junior dan Glen Fredly, “Hidupmu indah, Bila kau tahu, Jalan mana yang benar, Harapan ada, harapan ada, Bila kau percaya”.

Keep smiling and enjoy your life ! Because life is wonderful !
 
Penulis : Rosita 

Bandingkan Gaji Membuat Kita Tak Bahagia


Ternyata orang paling suka membanding-bandingkan, termasuk soal gaji. Baru-baru ini Paris School of Economic mempublikasikan hasil European Social Survey yang melibatkan 19.000 orang partisipan di 24 negara Eropa.Survey itu menunjukkan bahwa orang yang suka membanding-bandingkan gajinya dengan orang lain cenderung kurang bahagia.Berapa banyak orang model begini? Survey itu menunjukkan bahwa 75% orang yang disurvey ternyata suka membanding-bandingkan pendapatannya dengan pendapatan orang lain (teman atau sejawatnya). Makin besar perhatian mereka terhadap pendapatan (gaji) orang lain makin rendah tingkat kepuasan hidupnya. Tak ada perbedaan apakah mereka laki-laki atau perempuan.
Tetapi ada yang menarik bahwa jika kebiasaan membandingkan itu dilakukan terhadap teman atau sahabat, itu lebih menyakitkan ketimbang membandingkan dengan sejawatnya (teman sepekerjaannya). Juga orang-orang dari negara-negara yang "lebih miskin" cenderung lebih banyak melakukan perbandingan-perbandingan itu dibanding mereka yang berada di negara yang lebih kaya. Selain itu orang yang "lebih miskin" dalam suatu negara cenderung lebih suka membanding-bandingkan pendapatan (gajinya) dibanding mereka yang lebih kaya.
Hasil ini sebenarnya mengejutkan. Menurut dugaan kepala peneliti Paris School of Economic, Profesor Andrew Clark, semula mereka memperkirakan kebiasaan membanding-bandingkan itu akan terjadi di kalangan atas (orang kaya). Hal ini karena ada dugaan bahwa orang kaya akan membandingkan pendapatannya untuk menjaga agar ketika jatuh miskin mereka tahu berapa standar minimum yang harus dicapainya. "Ternyata dugaan itu keliru," katanya.
Profesor Cary Cooper dari lancaster University Management School mengungkapan penemuan lain. Perbandingan paling membahayakan adalah ketika seseorang membandingkan gaji (pendapatannya) dengan rekan satu almamater (satu angkatan dari satu sekolah atau universitas) karena menganggap mereka dulunya punya kesempatan yang sama. Sedangkan jika perbandingan itu dilakukan dengan teman sejawat (sepekerjaan) itu normal dan bahkan bisa memicu keinginan untuk meningkatkan pendapatan di masa depan.
"Namun lebih baik jangan membanding-bandingkan pendapatan kita dengan yang lainnya, syukuri saja apa yang didapat dan syukuri kondisi di mana kita berada," ujarnya. Itu akan membuat kita lebih bahagia! Setuju, teman-teman?

Penulis : Tim AndrieWongso.com 

Ayam atau Telur?

Para ilmuwan dari Universitas Sheffield dan Warwick, Inggrisberhasil menjawabsalah satu teka-teki tertua di dunia: "Mana yang lebih dulu, ayam, atau telur?"
Jawabannya adalah: ayam.
Kepada harian The Sun, ketua tim peneliti menjelaskan bagaimana mereka berhasil memecahkan teka-teki tersebut.
"Sebenarnya, ini (menemukan jawaban teka-teki kuno-Red) adalah 'kecelakaan' yang menyenangkan. Karena pada awalnya, tujuan penelitian kami adalah menemukan bagaimana binatang membuat cangkang telur. Cangkang telur memiliki kekuatan sangat luar biasa, meski beratnya sangat ringan. Manusia tak bisa membuat benda seperti itu, bahkan yang mendekatinya. Sadarkah Anda, ketika memecahkan kulit telur rebus di pagi hari, Anda sedang menyaksikan salah satu material luar biasa di dunia?" paparnya panjang lebar.
Nah, para ilmuwan memilih cangkang telur ayam sebagai fokus penelitian karena proteinnya termasuk sederhana untuk ditelaah. Selain itu, selama ini, masyarakat telah menganggap remeh ayam. Padahal, ada proses luar biasa yang ditunjukan ayam dalam pembuatan telur.
Setelah itu, tim peneliti menggunakan komputer super milik Dewan Riset Sains Inggris (UK Science Research Council) yang berbasis di Edinburgh. Komputer itu dinamakan HECToR (High End Computing Terascale Resource). Dengan peralatan canggih itu, para ilmuwan bisa menelusuri bagaimana telur terbentuk, dengan melihat proses detail telur secara mikroskopis.
Yang pertama dicari adalah, mengetahui 'resep rahasia' yang digunakan ayam untuk membuat cangkang telur. Setelah melakukan penelitian selama berminggu-minggu, tim peneliti menemukan protein khusus yang ada di tubuh ayam. Protein itu adalah adalah 'tukang bangunan' tanpa lelah, menyusun bagian-bagian cangkang mikroskopis membentuk cangkang telur. Ia menginisiasi proses pembentukan cangkang sebelum menyusun bagian telur yang lain. Tanpa protein tersebut, telur tak mungkin terbentuk. Dan, protein itu hanya ditemukan di rahim ayam!
"Itu berati ayam ada duluan sebelum telur," simpul para ilmuwan.
Tapi, dari mana ayam berasal? Beberapa teori mengatakan, nenek moyang ayam adalah hewan jenis lain (unggas) yang telah mengalami proses evolusi.

Penulis : Tim AndrieWongso.com 

Punya Banyak Teman Meningkatkan Daya Tahan Hidup





Ternyata hubungan sosial seperti berteman, memiliki keluarga, bertetangga, dan sekolah (kuliah), bisa meningkatkan peluang bertahan hidup sampai 50 persen. Sebaliknya, mereka yang cenderung penyendiri atau hubungan sosialnya kurang baik punya risiko buruk. Bahkan digambarkan risikonya lebih bahaya dibanding orang yang tak suka olahraga, dan dua kali berisiko dibanding orang yang memiliki kelebihan berat badan. Pendapat itu didapat dari hasil penelitian yang baru-baru ini diluncurkan oleh Brigham Young University, Utah, Amerika Serikat. Para peneliti di universitas itu menganalisis data dari 148 orang responden dan mengukur frekuensi interaksi mereka dengan lingkungan sosialnya. Mereka juga mencatat rekam jejak kesehatan mereka selama kurun waktu 7,5 tahun.
Dari sanalah mereka mendapat kesimpulan bahwa orang yang interaksi sosialnya baik memiliki peluang bertahan hidup 50 persen lebih baik dari mereka yang interaksi sosialnya buruk.
Alasannya, karena mereka (yang interaksi sosialnya baik) akan peduli pada orang lain di kelompoknya. Dan ketika kepedulian itu diambil mereka pun akan menempuh jalan hidup lebih baik dan mengambil risiko paling kecil untuk kehidupannya sehingga peluang hidupnya lebih baik.
Jadi, memiliki banyak teman tak hanya bagus secara psikologis, tetapi baik juga untuk kesehatan fisik. Meskipun berteman atau bersosialisasi juga memiliki efek negatif namun tertutupi oleh manfaatnya. Tak dijelaskan apakah interaksi sosial itu merupakan interaksi langsung (bertemu langsung) atau termasuk juga berinteraksi melalui sosial network dunia maya (internet). Namun yang jelas, baik pertemanan di kalangan orang dewasa maupun anak-anak, efeknya sama. Karena itu, mari perbanyak teman agar kita meningkatkan daya tahan hidup!

Penulis : Tim AndrieWongso.com 

Jumat, 30 September 2011

Sukses Ada di Genggaman Tangan Kita

Penulis : Andrie Wongso

Pagi ini pada talkshow rutin di jaringan Radio Sonora saya membawakan tema menarik tentang kemandirian. Cerita inspirasi yang dibawakan diambil dari buku saya 20 Wisdom & Success dengan judul "Takdir Ada di Tangan Sendiri".


Cerita itu menggambarkan bahwa sejatinya kekuatan yang menentukan masa depan kita terletak pada kemampuan kita memaksimalkan potensi yang dimiliki. Mereka yang optimis akan senantiasa menyadari keadaan dirinya dengan penuh rasa syukur. Dengan bersyukur mereka mampu memaksimalkan apa yang dimilikinya. Hal inilah yang akan membawa kita pada kemandirian, tidak bergantung pada orang lain, karena kita yakin kita punya kemampuan.
 

 








Netter yang Luar Biasa!

Setiap orang sudah pasti berbeda dengan yang lainnya. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Lalu, apakah seseorang yang dilahirkan dengan kekurangan secara fisik, kekurangan kesempatan untuk sekolah, kekurangan secara geografis atau daerah tempat tinggal, orangtuanya miskin, tak punya peluang untuk jadi orang sukses?

Jika itu kenyataannya, mengapa banyak orang cacat, misalnya, bisa sukses dengan mengalahkan orang normal? Mengapa Stevie Wonder, penyanyi yang lahir tanpa penglihatan, bisa sukses dan menjadi legenda hidup mengalahkan mereka yang normal? Kenapa orang-orang yang dulunya miskin kini bisa masuk ke deretan Forbes World Billionaire atau deretan orang-orang terkaya di dunia?

Hanya mereka yang yakin bahwa sukses ada di tangan sendiri dan berani mati-matian memperjuangkannya yang akan sukses. Ini persis seperti filosofi yang sering saya kemukakan. Success is My Right! Sukses adalah hak kita! Oleh karena itu, apa pun potensi kita, mari kita sadari, mari kita perjuangkan. Sukses tengah menanti kita!

Salam sukses luar biasa!

Mari bersiap sebelum sakit

[- Demak, 11.30 -]

Terdengar kabar ada salah seorang kawan yang sedang terbaring koma di rumah sakit. Stroke, katanya. Sosok yang hobi banget sama fotografi itu pernah satu kelas dengan saya di sebuah diklat dua tahun yang lalu. Meski belum sempat ngobrol secara intens waktu itu, tapi saya masih inget betul orangnya. Kalau tidak salah hitung, mungkin usianya sudah lewat empat puluh tahun.

Pikiran saya langsung membayangkan bagaimana kondisinya sekarang. Di ruang ICU yang steril dan dingin. Dengan selang infus atau apalah, yang menjulur di tangan. Atau mungkin juga lubang hidungnya. Berbagai piranti penyelamatan siaga di sekitar tempat tidurnya. Dan bebrapa perawat dengan pena dan selembar kertas di tangan, terlihat mencatat kondisinya dengan seksama.



Saya membayangkan betapa mudah Allah SWT membuat orang yang Dia kehendaki tergolek lemas seperti yang ada di dalam bayangan saya tadi. Semudah kehendak-Nya saat menyembuhkan hamba-hamba-Nya yang lain dari sakitnya. Dan bisa sangat mungkin suatu saat, itu juga terjadi pada kita.

Di dalam mobil menuju kantor tadi, beberapa kawan sempat membicarakan kondisinya. Beberapa di antaranya termasuk teman seangkatan. Diskusi pun bermuara ke arah, betapa tak ada artinya harta yang kita miliki saat kita dalam keadaan koma tanpa sadar. Keberadaan keluarga yang kita sayangi pun seperti tak ada pengaruhnya. Hanya ada kita sendiri yang berhadapan langsung dengan Allah SWT.

Kalau sudah begini, apalagi yang kita andalkan selain prestasi amal baik kita.

Saya teringat lirik lagu "Demi Masa" nya Raihan di salah satu baitnya.

"....sehat sebelum sakit ..."

Yah, mumpung kita masih sehat, masih kuat, mari kita persiapkan segalanya.

Mencoba Gagal Sebelum Berhasil

Kalimat yang sungguh PowerFull yang saya dapat dari pak Andre Wongso. Betapa suplemen ini sangat dibutuhkan untuk mereka yang sedang lesu karena mandeg dengan impian – impian yang belum terwujud. Seringkali kita menunda action dikarenakan takut gagal. Padahal sudah jelas yang ditakuti adalah sesuatu yang belum ada, alias hanya sebatas angan – angan. Lebih tepatnya, angan – angan kegagalan. Seakan kita lebih meyakini kegagalan daripada keberhasilan. Dengan kata lain kita lebih memimpikan kegagalan daripada keberhasilan. Lagi pula apa iya keberhasilan itu hadir tanpa kegagalan sama sekali? Ingat, sama sekali. Tentu tidak kan?. Kegagalan selalu ada diatas namanya keberhasilan. Kegagalan yang paling sederhana adalah kegagalan mengalahkan keraguan.
“Kesalahan terbesar yang dibuat manusia adalah terus-menerus merasa takut bahwa mereka akan melakukan kesalahan”
Sekitar sebulan yang lalu di rumah saudara saya di bekasi, di depan rumah saudara saya ada pohon pete yang sudah berbuah dan kebetulan ada yang sudah mulai menghitam. Dan saya pun disuruh untuk memetiknya. Saya amati pohon pete tersebut berukuran kecil. Letak buah pete yang mau dipetik berada di ujung terhitung cukup tinggi. Dan lagi, pohon pete dikenal tidak begitu kuat, alias getas. Keragu – raguan mulai muncul di benak saya. “ah kayaknya ga nyampe deh. Saya kan dah lama ga panjat – memanjat. Kayaknya susah kalo ga pake alat bantu. Kayaknya, kayaknya, dan kayaknya”. Namun ditengah – tengah keraguan terlintas kalimat terakhir dari pembuka artikel ini. “Ingat, Apa yang tidak mungkin, seringkali belum pernah dicoba”. Dan akhirnya tanpa banyak menganalisa saya langsung naik ke atas. Dan wuzzzz…. Benar saja, ternyata saya berhasil menggapai dahan yang sebelumnya saya anggap jauh.
“Kegagalan adalah kemenangan dalam arti kata yang lain”
Dan kalimat ini “Ingat, Apa yang tidak mungkin, seringkali belum pernah dicoba” mulai sekarang saya gunakan sebagai jurus pamungkas untuk menghapus keragu – raguan dalam bertindak. Contohnya lagi, beberapa waktu lalu saya makan malam di FoodCourt Plaza Jababeka Cikarang bareng temen – temen. Selesai makan hampir pukul 21.00. Setelah muter – muter sejenak di carefour Expres, saya bergegas pulang kerumah. Hampir setengah perjalanan (4 Km) tiba – tiba perasaan saya agak gak enak, saya rem mendadak sepedah saya. Saya berhenti sejenak, berpikir kira – kira ada apa ya kok perasaanku masih nggrundel. Ouw iya, ternyata ada barang yang cukup berharga yang ketinggalan di tempat tadi saya makan. Melihat jam HP sudah menunjukkan pukul 21.50. Keraguan pun mulai menggelayuti benak saya. “ah pasti dah tutup, tutupnya kan jm 9, apa masih ada orang?, kalau pun belum tutup apa ga MALU minta ke orangnya?, beli lagi kan Cuma 50 ribu”. Ditengah keragu – raguan yang membuncah, muncul kalimat andalan saya. “Ingat, Apa yang tidak mungkin, seringkali karena belum dicoba”, “kalaupun gagal ya ga masalah, tidak ada kata gagal yang ada pengalaman (pelajaran)”. Dan Wussss…. Seketika tanpa memikirkan lagi si Ragu – ragu, saya memutar arah dan ngebut layaknya pembalap sepedah. Dan benar saja, Walau keringat bercucuran akhirnya barang yang cukup berharga tersebut kembali ke tangan saya.
“Impian yang tidak terlaksana adalah impian yang terpenjara oleh musuh nomor satu, yakni takut gagal”. (Dexter Yager)
So, hanya dengan Actionlah perubahan akan terjadi. Bahkan sebenarnya rumus sukses itu hanya satu, yaitu ACTION.
“Lebih baik gagal dalam perjuangan meraih cita-cita daripada gagal tanpa pernah tahu rasanya berjuang” ~Motivasi harian~.

SHARE AND BE HAPPY

Written by Andre Wongso

Take and Give, itulah kata yang sering kita dengar. Namun sekarang telah terjadi pergeseran, sejak dengan memberi kita akan mendapatkan kebahagiaan maka istilahnya menjadi Give and Take. Kita semua ini harus berbagi agar mendapat kesejahteraan bagi semua umat.
Namun semangat berbagi memang masih harus diperjuangkan. Berikut adalah ilustrasi cerita, yang dengannya kita bisa terinspirasi dan termotivasi untuk berbagi. Adi adalah seorang anak SD kelas lima. Dia selalu membawa bekal ke sekolah. Setiap hari Adi selalu datang pagi sekali. Teman – temannya pun belum ada yang datang. Suatu hari saat jam istrahat tiba, Adi terkejut melihat bekal yang dibawanya dari rumah berkurang separuh. 

Dia pun bertanya dalam hati, siapa kiranya yang mengambil separuh bekalnya. Ketika pulang sekolah, Adi langsung mengklarifikasi mengenai bekalnya yang hilang separuh itu kepada ibunya. Lalu Ibu Adi berkata bahwa beliau tidak pernah kurang menyiapkan bekal Adi. 
Seminggu kemudian, saat kembali ke kelas, Adi terkejut melihat penjaga sekolah mengendap ke kelas Adi dan mengambil sepotong bekalnya. Setelah mengambil bekalnya, penjaga itu pun keluar dengan raut wajah tertekan dan murung. Sepulangnya dari sekolah, Adi bercerita kepada Ibunya bahwa penjaga sekolahlah yang mengambil bekalnya. Adi lalu menceritakan niatnya untuk mengadukan kepada Wali Kelas dan Kepala Sekolah, tapi Adi ragu karena kasihan juga dengan penjaga sekolah itu jika saja dia nantinya dihukum dan dikeluarkan dari sekolah. 

Tapi bagaimanapun, mengambil bekal tanpa ijin itu salah, walaupun dia baik. Ibunya lalu menyarankan agar Adi tidak melaporkan dulu masalah ini ke Kepala Sekolah, karena dia kenal baik dengan keluarga penjaga sekolah itu. Paling tidak ketika mengambil bekalnya, toh dia mengambil hanya setengah dan setengahnya lagi tetap ditinggalkan agar Adi tidak kelaparan. Ibunya kemudian mengambil jalan tengah dengan memberikan bekal dua kali lebih banyak kepada Adi. Dan nantinya Adi harus memberikannya kepada penjaga sekolah itu. 

Ibu Adi menekankan agar Adi tidak menegur atas perbuatan penjaga sekolah itu, hanya berikan saja bekal itu dan lihat reaksinya. Keesokan harinya, Adi memberikan bungkus bekal itu kepada penjaga sekolah dan melakukan tepat seperti apa yang ibunya sarankan. Ketika menerima itu, Penjaga Sekolah terkejut sesaat, wajahnya pucat dan takjub. Dengan tangan gemetar diterimanya bingkisan itu, tampak matanya berkaca – kaca. Dan sambil berkata terbata, dia pun mengaku bahwa dialah yang mengambil setengah jatah bekal Adi. 

Penjaga itu menyesal dan merasa bersalah. Lalu dia menerangkan alasan dia mengambil bekal Adi. Saat itu anaknya sakit dan anaknya membutuhkan makanan, sementara dia tidak punya uang. Uang yang ada digunakan untuk biaya melahirkan istrinya. Penjaga sekolah itu juga berterima kasih kepada Adi, karena tidak dilaporkan ke Kepala Sekolah. Sekaligus Penjaga Sekolah itu juga menitipkan maaf dan terima kasih kepada Ibu Adi yang telah begitu pengertian dan baik hati, mau memberikan bekal lebih pada hari itu. Setelah memberikan hal itu, Adi mengangguk senang dan meninggalkan Penjaga Sekolah itu sendiri. 

Kesalahan walau dengan alasan apapun tidak akan menjadi benar. Mau menyadari, mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah suatu kebesaran jiwa. Dan berjanji untuk tidak mengulangi adalah kebijaksanaan tertinggi. Sebaliknya bisa memaafkan orang yang bersalah kepada kita, bahkan rela memberikan bantuan dan menyadarkannya, bukan hanya damai di hati, tetapi sekaligus menunjukkan kita sebagai mahluk ber-Tuhan. Maka jelas sekali dengan berbagi maka kita akan bahagaia. Share and be happy. (hac)

Menembus Batas Menembus Keterbatasan

Kutu anjing adalah binatang yang mampu melompat 300 kali tinggi tubuhnya. Namun, apa yang terjadi bila ia dimasukan ke dalam sebuah kotak korek api kosong lalu dibiarkan di sana selama satu hingga dua minggu? Hasilnya, kutu itu sekarang hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja! Kemampuannya melompat 300 kali tinggi tubuhnya tiba-tiba hilang.
Ini yang terjadi. Ketika kutu itu berada di dalam kotak korek api ia mencoba melompat tinggi. Tapi ia terbentur dinding kotak korek api. Ia mencoba lagi dan terbentur lagi. Terus begitu sehingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri. Ia mulai berpikir, “Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya segini.” Kemudian loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api. Aman, dia tidak membentur. Saat itulah dia menjadi sangat yakin, “Nah benar kan? Kemampuan saya memang cuma segini. Inilah saya!” Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu pun hidup seperti itu hingga akhir hayat. Kemampuan yang sesungguhnya tidak tampak. Kehidupannya telah dibatasi oleh lingkungannya.
Sesungguhnya di dalam diri kita juga banyak kotak korek api. Misalnya anda memiliki atasan yang tidak memiliki kepemimpinan memadai. Dia tipe orang yang selalu takut tersaingi bawahannya, sehingga dia sengaja menghambat perkembangan karir kita. Ketika anda mencoba melompat tinggi, dia tidak pernah memuji, bahkan justru tersinggung. Dia adalah contoh kotak korek api yang bisa mengkerdilkan anda. Teman kerja juga bisa jadi kotak korek api. Coba ingat, ketika dia bicara begini, “Ngapain sih kamu kerja keras seperti itu, kamu nggak bakalan dipromosikan, kok.” Ingat! Mereka adalah kotak korek api. Mereka bisa menghambat perkembangan potensi diri Anda.
Korek api juga bisa berbentuk kondisi tubuh yang kurang sempurna, tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan, usia dan lain sebagianya. Bila semua itu menjadi kotak korek api maka akan menghambat prestasi dan kemampuan anda yang sesungguhnya tidak tercermin dalam aktivitas sehari-hari. Bila potensi anda yang sesungguhnya ingin muncul, anda harus take action untuk menembus kotak korek api itu.
Lihatlah Ucok Baba, dengan tinggi tubuh yang di bawah rata-rata ia mampu menjadi presenter di televisi.
Andapun pasti kenal Helen Keller, dengan mata yang buta, tuli dan “gagu” dia mampu lulus dari Harvard University.
Bill Gates tidak menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun mampu menjadi “raja” komputer.
Andre Wongso, tidak menamatkan sekolah dasar namun mampu menjadi motivator nomor satu di Indonesia.
Contoh lain Mantan Menteri Negara BUMN, Bapak Sugiharto, yang pernah menjadi seorang pengasong, tukang parkir dan kuli di Pelabuhan. Kemiskinan tidak menghambatnya untuk terus maju. Bahkan sebelum menjadi menteri beliau pernah menjadi eksekutif di salah satu perusahaan ternama.
Begitu pula dengan Nelson Mandela, ia menjadi presiden Afrika Selatan setelah usianya lewat 65 tahun.
Kolonel Sanders sukses membangun jaringan restoran fast food ketika usianya sudah lebih dari 62 tahun.

Nah, bila anda masih terkungkung dengan kotak korek api, pada hakekatnya anda masih terjajah. Orang-orang seperti Ucok Baba, Helen Keller, Andre Wongso, Sugiharto, Bill Gates dan Nelson Mandela adalah orang yang mampu menembus kungkungan kotak korek api. Merekalah contoh sosok orang yang merdeka, sehingga mampu menembus berbagai keterbatasan.

Ilmu Memancing


Alkisah, di tepi sebuah sungai, tampak beberapa orang yang sedang memancing. Di antara para pemancing di sana, terdapat dua orang yang terkenal karena kepandaiannya memancing sehingga setiap hari ikan hasil tangkapan mereka berdua selalu berhasil memenuhi ember yang mereka bawa. Penduduk di sekitar situ pun sangat mengagumi mereka.
Sekelompok anak muda mendatangi si pemancing ingin berguru kepada mereka. Saat mendengar maksud dan tujuan para pemuda itu, diam-diam si pemancing pertama pergi menghindar mereka sambil menggerutu, "Enak saja anak-anak muda itu mau berguru kepadaku. Ilmuku tidak akan kubagikan percuma kepada mereka karena toh tidak ada untungnya bagiku. Lebih baik waktuku kumanfaatkan sebaik-baiknya, untuk lebih berkonsentrasi mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya."

Sedangkan pemancing kedua dengan ramah membalas sapaan para pemuda yang datang menghampirinya. "Kalian ingin belajar memancing? Silakan saja. Bapak dengan senang hati akan mengajari kalian."

Dan selanjutnya, setiap hari, dan berhari-hari kemudian, dengan tekun dan gembira masing-masing anak mempelajari teknik-teknik memancing, mencari, dan memasang umpan di mata kail untuk menarik perhatian ikan memakan umpan, berlatih konsentrasi, dan lain-lain.

Karena gembira dengan ilmu yang didapat, para murid itu membuat kesepakatan bahwa setiap sepuluh ikan hasil tangkapan mereka, akan disisihkan satu ekor untuk guru mereka sebagai tanda ungkapan rasa terima kasih.

Berkat kebaikan dan kemurahan hati si pemancing dengan membagikan ilmu kepada orang-orang lain, maka di kemudian hari si pemancing tidak perlu harus memancing ikan setiap hari.

Hasil tangkapan yang disisihkan oleh para muridnya ternyata mampu menunjang kehidupannya di kemudian hari, sepanjang sisa hidupnya. Sedangkan pemancing yang lainnya, sepanjang hidupnya harus tetap melakukan pekerjaan memancing sendiri karena tanpa memancing dia tidak bisa menghidupi dirinya sendiri.

Sahabat yang Bijaksana!

Seperti nyala api sebuah lilin, walaupun memberikan api kepada lilin-lilin yang lain, dia tidak berkurang sinarnya. Bahkan di saat sumbu lilin yang lain menempel padanya, saat itulah apinya menyala lebih terang. Dengan memberi, ternyata sedikitpun tidak ada yang berkurang dari yang dipunyainya.

Seperti seorang guru, setiap hari membagi ilmu kepada begitu banyak murid tanpa kehilangan sedikitpun ilmu yang dia punyai, bahkan pada kisah pemancing tadi, dengan membagi ilmu memancingnya, dia mendapatkan keuntungan sepanjang hidupnya.

Berbahagialah mereka yang mau memberi tanpa mengharapkan balasan karena sesungguhnya hukum alam selalu memberi imbalan atas setiap perbuatan baik tanpa perlu kita memintanya. Maka pada saat kita bisa mempunyai kesempatan untuk memberi, berilah! Karena dari sisi lain kita pasti akan mendapatkan sesuatu, bahkan di luar dugaan kita.

Kekuatan Nilai Pujian


Alkisah, di sebuah rumah yang cukup mewah. Tinggal sepasang suami istri muda. Banyak orang merasa iri dengan keharmonian jodoh di antara mereka berdua. Yang laki-laki berwajah ganteng dan pianis yang handal, sedangkan istrinya berparas cantik dan bersuara merdu. Saat denting piano mengiringi nyanian, sesekali terdengar komentar, "Sayang, bagian depan nadanya kurang tinggi," atau "Duh...bagian tengah seharusnya lebih perlahan lagi dan bagian akhirnya mestinya turun sedikit."
Kali lain, saat si istri bersenandung pun, si suami selalu sibuk memasang telinga dan memberi berbagai komentar untuk memperbaiki nada yang dilagukan. Kejadian ini berulang hampir di setiap kesempatan. Dan celakanya, komentarnya semakin hari semakin pedas dan kasar, seakan tidak ada hal baik yang bisa diucapkan. Akhirnya si istri pun malas bernyanyi terutama jika suaminya berada di sekelilingnya, "Aku menyanyikan lagu apa pun, selalu saja ada yang kurang. Malah ujungnya berakhir dengan bertengkar dengan suamiku. Ah, lebih baik aku tidak usah menyanyi lagi," kata hatinya dengan sedih.
 
Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu, perempuan ini menikah lagi dengan seorang kontraktor bangunan. Suami yang ini, sama sekali tidak mengerti musik. Yang ia tahu, istrinya punya suara yang amat bagus. Maka, dia selalu mengagumi dan memuji istrinya jika sedang bernyanyi.

Jika si istri bertanya, "Bagaimana laguku, Pa?"

Jawabnya, "Wah Ma, aku selalu ingin cepat pulang karena tidak sabar mendengarkanmu menyanyi! Suara Mama begitu indah dan menawan..."

Suatu hari, si suami berkata, "Ma, aku sungguh beruntung menikah denganmu. Kalau tidak, mungkin aku ini sudah ‘gila' karena bunyi dentuman, bunyi gergaji, dan bunyi gesekan pipa-pipa yang kudengar sepanjang hari. Sebelum menikah denganmu, suara-suara yang bising itu membuatku stres, bahkan terbawa-bawa hingga tidur. Tapi sekarang....hidup sungguh nikmat. Suara dan nyanyian Mama selalu terngiang-ngiang di kepalaku."
 

Istrinya sangat senang dan merasa tersanjung dengan pujian tulus yang diterimanya itu. Ia pun menjadi makin gemar bernyanyi dan terus bernyanyi, baik saat memasak, berkebun, mandi, apalagi jika suaminya berada di sekitar dia. Tanpa disadarinya, ia terus melatih diri. Suaranya semakin hari semakin bagus, hingga terdengar oleh seorang sahabat dari perusahaan rekaman. Dengan persetujuan dan dorongan sang suami, album perdana sang istri pun dirilis. Dan ternyata, sambutan masyarakat sangat antusias karena lagu dan suara sang penyanyi.

Perempuan itu akhirnya menjadi seorang penyanyi terkenal. Seorang pengamat musik kemudian berkomentar, sang diva sukses berkarir bukan pada saat bersuamikan seorang seniman musik yang cemerlang, tetapi justru saat bersuamikan seseorang yang tidak mengerti musik sama sekali tetapi mampu menghargai dan memuji setiap lagu yang dinyanyikan oleh istrinya.

Netter yang Luar Biasa,


Pujian yang tulus mampu memberikan rasa diterima, sekaligus semangat dan dorongan untuk melakukan suatu hal dengan baik dan lebih baik lagi. Pujian juga dapat membuat seseorang mampu meraih prestasi tertinggi yang bisa diraihnya.

Sebaliknya, omelan, bentakan, kecaman, amarah atau kritik yang tidak membangun justru tidak banyak mengubah seseorang bahkan bisa menghentikan semua bakat baik yang pernah dimiliki seseorang sebagai talenta di kehidupannya.

Maka, jika ada pilihan, daripada kita mengkritik jauh lebih baik kita memberikan pujian untuk mendorong agar orang yang kita puji bisa berprestasi lebih baik lagi. Dan lebih dari itu, memberi pujian tidak butuh biaya apa pun.
 
Salam sukses luar biasa!!

Kebiasaan Melakukan Perbaikan



Dalam setiap aspek kehidupan, selalu ada yang berkembang. Atlet yang meraih predikat nomor satu datang silih berganti. Perkembangan teknologi informasi seolah tiada henti. Inovasi yang mengubah kehidupan manusia pun selalu terjadi. Apa yang baru di hari ini, akan segera berganti di keesokan hari.
Semua kondisi itu terjadi karena selalu ada perubahan menuju perbaikan yang terus dilakukan. Setiap saat, setiap waktu, selalu ada yang selalu berubah. Dan, hanya mereka yang mampu terus melakukan perbaikanlah yang akan mampu bertahan di zaman penuh tantangan. Sebaliknya, mereka yang tidak siap, akan hilang ditelan perputaran zaman yang terus berputar.
 

Maka, jika kita bisa melakukan hal yang lebih baik, lakukan segera! Dengan ketulusan sepenuh hati, disertai kerja keras dan perjuangan tiada henti, setiap tindakan akan melahirkan juara-juara sejati. Apa pun profesi yang kita tekuni (atlet, karyawan, profesional, pengusaha), kalimat pendek, ringkas, namun sangat jelas maknanya ini akan jadi kekuatan yang memotivasi untuk meraih sukses sejati.

Terus berjuang tanpa henti, lakukan perbaikan setiap hari! Salam sukses luar biasa!!

Ombak Besar, Ombak Kecil



Penulis : Andrie Wongso
Alkisah, di tengahsamudra yang luas, saat air laut pasang, tampak ombak besar bergulung-gulung dengan gemuruh suaranya yang menggelegar, seakan ingin menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa.

Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, terdengar gemericik suara ombak kecil bersusah payah mengikuti jejak si ombak besar. Tertatih-tatih, mengekor hempasan ombak besar. Si ombak kecil merasa dirinya begitu kecil, lemah, tidak berdaya, dan tersisih di belakang. Sungguh, terasa menyakitkan.

Dengan suaranya yang lemah, kurang percaya diri, ombak kecil bertanya kepada ombak besar. Maka sayup-sayup, terdengar serangkaian percakapan di antara mereka.

"Hai ombak besar...! Aku ingin bertanya kepadamu...!! Mengapa engkau begitu besar, begitu kuat, dan gagah perkasa? Sementara lihatlah diriku... begitu kecil, lemah, dan tidak berdaya. Aku ingin seperti kamu!"

Ombak besar pun menjawab, "Sahabatku, kamu mengganggap dirimu kecil dan tidak berdaya. Sebaliknya, kamu mengganggap aku begitu hebat dan luar biasa. Anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya!"

"Jati diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu apa...?" timpal ombak kecil.

Ombak besar meneruskan, "Memang di antara kita terasa berbeda, tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama! Kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak kecil dan ombak besar adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati adalah air. Bila kamu bisa menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi. Kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku: kuat, gagah, dan perkasa."


Netter yang Luar Biasa!

Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi. Yang sesungguhnya, itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Seringkali kita memvonis (keadaan itu) sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos: "Aku tidak beruntung", "Nasibku jelek", "Aku orang gagal". Bahkan ada yang menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk ketidakadilan Tuhan!

Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya, kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu. Jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses!

Kesadaran tentang jati diri, bila telah ditemukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah; sedahsyat ombak besar di samudra nan luas, siap menghadapi setiap tantangan dan mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.

Jangan Simpan Kentang Busuk


Penulis : Andrie Wongso

Pada suatu hari di sebuah sekolah dasar, seorang guru mengadakan permainan dengan para muridnya. Saat itu, semua murid telah membawa kantong plastik transparan beserta beberapa kentang kecil. Kemudian ibu guru berkata,"Anak-anak, apakah ada di antara kalian yang mempunyai rasa tidak senang atau benci kepada yang lain?"

Spontan anak-anak itu menjawab,"Ada, Buuu.."

"Nah, kalau begitu tuliskanlah huruf atau kode yang menunjukkan orang tersebut di kentang yang kalian bawa. Kalau ada yang punya rasa tidak senang kepada lebih dari satu orang, berarti kentangnya harus sebanyak orangnya ya.."

Kemudian, masing masing anak menandai kentangnya sesuai dengan jumlah orang yang tidak disenangi. Ada anak yang menuliskannya pada satu kentang, dua kentang atau bahkan lebih. Lalu ibu guru menjelaskan, "Aturan permainannya adalah seperti ini. Kalian harus membawa kentang itu di dalam kantong plastik selama satu minggu.Tidak berat kan?" tanya bu guru. Anak-anak itu menggelengkan kepalanya.

Kemudian, selama satu minggu di sekolah, mereka semua membawa kentangnya kemana-mana. Baik saat makan di kantin, pergi ke toilet, main di lapangan, atau di kegiatan lainnya. Hari pertama tidak ada masalah karena murid-murid menganggapnya tugas yang mudah. Akan tetapi setelah beberapa hari, kentang yang mereka bawa mulai berubah warna menjadi hitam dan mulai membusuk. Aromanya sangat tidak enak. Anak-anak yang membawa lebih dari satu kentang mulai merasakan beratnya tugas ini.

Setelah satu minggu, ibu guru membahas tugas ini di kelas bersama para muridnya.

"Bu guru, rasanya tidak enak sekali membawa kentang busuk kemana-mana. Saya jadi tidak enak makan," kata seorang murid. Murid-murid yang lain mengiyakan dan bergantian curhat kepada ibu guru, tentang betapa tidak enaknya membawa kentang busuk ke mana-mana.

Kemudian sang guru menjelaskan arti permainan itu. "Anak anak, kentang itu ibarat kebencian atau rasa tidak suka yang kita pendam terus terhadap seseorang, yang terus kita bawa ke mana-mana. Sangat tidak nyaman kan? Karena itu, jangan menyimpan dendam atas kesalahan yg dilakukan oleh temanatau orang lain kepada kita. Semakin lama kita simpan dalam hati, maka kita akan semakin merusakmental dan jiwa, sama seperti racun yang ada dalam kentang busuk ini. Apakah kalian memahami penjelasan ini?"

"Paham, Bu...," jawab mereka serempak.

Pembaca yang bijaksana,

Kesalahan orang kepada kita, apapun bentuknya (baik disengaja atau tidak disengaja), yang pasti kalau kita ingat terus, apalagi timbul dendam dan berusaha membalas dengan lebih kejam lagi, maka sepanjang hidup justru kita akan menderita. Sebaliknya kalau kita yang melakukan kesalahan, baik itu disengaja atau tidak, maka percepat minta maaf atas kesalahan yang kita lakukan.